Langsung ke konten utama

Isi hati untuk TPKI

 

Saat pertama kali tahu bahwa pada perkuliahan semester 4 ini ada mata kuliah TPKI, aku pikir mata kuliah ini akan mirip mata kuliah Bahasa Indonesia di semester sebelumnya yang kumasukkan ke dalam kategori “mata kuliah santai”.

Datanglah perkuliahan TPKI pertemuan pertama, bersama Ibu Siska yang belum pernah ku kenal sebelumnya. Awal pertemuan kuliah TPKI sangat menyenangkan, suasana belajar yang cukup tenang dan menyenangkan, terlebih lagi saat aku tau mata kuliah ini akan sangat membantu dalam penyusunan tugas akhir saat tingkat tiga. Semua sangat menyenangkan sampai pada akhirnya Ibu Siska menerangkan akan ada tugas penelitian kelompok, tugas buat tulisan blog, kuis setiap pertemuan, dan penyusunan proposal sebagai UAS. Aku cukup kaget dengan tugas mata kuliah ini yang ternyata cukup banyak dibandingkan mata kuliah lainnya. Terlebih lagi ada tugas penelitian kelompok yang akan diselesaikan dalam waktu 1 semester yang mengharuskan ada kerja kelompok TPKI setiap minggu sampai akhir semester 4.

Minggu-minggu kuliah pun berlalu, semakin mendekati UAS (yang berarti deadline tugas akhir TPKI) aku dan teman-teman kelas (mungkin) merasa tertekan dengan tugas TPKI yang banyak ditambah lagi beban tugas-tugasku sebagai pengurus UKM yang cukup banyak menyita waktu. Belum lagi berbagai hambatan dalam mengerjakan tugas kelompok karena hampir semua anggota kelompokku (termasuk aku) mulai jenuh mengerjakan penelitian kami. Namun aku bersyukur karena Ibu Siska selalu membantu kami dengan konsultasi di kelas dengan segala hambatan yang kami temui. Sampai pada akhirnya tugas penelitian kami selesai dengan baik, semua blog dan kuis sudah aku lewati dan tiba diakhir pertemuan dengan Last King adalah tugas membuat proposal. Semua kekhawatiran yang ada saat awal-awal perkuliahan TPKI ternyata tidak sesulit, semenyeramkan yang kubayangkan. Semua sudah aku lalui dengan baik (walaupun sambil nangis sedikitt hehe).

Aku sangat bersyukur bisa belajar mata kuliah TPKI bersama Ibu Siska sebagai dosen pengajarnya. Banyak hal telah kupelajari terutama tentang pembuatan tugas akhir yang ternyata sulit tapi gampang. Sangat menyenangkan juga mendengarkan pengalaman-pengalaman Ibu Siska saat melakukan penelitian yang menurutku sangat keren dan inspiratif. Melalui belajar TPKI ini aku menjadi terbayang bagaimana aku akan menyusun tugas akhir dari awal sampai diakhir nanti. Semoga tugas akhirku dan semua teman-temanku bisa terselesaikan dengan baik, lancar, dan tepat waktu sehingga kita bisa menggunakan toga biru bersama di bulan September tahun 2025.

Melalui tulisan juga ini aku sangat berterima kasih kepada teman-teman kelompokku ada Maylina, Rizqe, Ven, dan Wahyu yang sangat baik dan seru sehingga kerja kelompok pun menjadi terasa sangat menyenangkan. Lewat kerja kelompok TPKI kami menjadi lebih dekat satu sama lain dan sering berbagi cerita-cerita receh dan berujung curhat. Mungkin bisa kukatakan 50% waktu kerja kelompok kami adalah sesi curhat 😂. Maafkan aku jikalau saat kerja kelompok ada perkataanku dan perbuatanku yang menyakiti hati teman-teman. Kalian adalah salah satu kelompok terseru dan terbaik yang pernah kupunya!

Sekian curahan hatiku untuk TPKI, terima kasih atas semua dukungan dari orang tuaku, adik dan kakakku, teman-temanku terbaikku dan teman-teman kelasku, serta yang paling terbaik Ibu Siskarosa yang selalu ingin kami semua mendapatkan yang terbaik!

 

Dokumentasi TPKI

 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Transformasi Si Anak Desa di Tanah Perantauan, Jakarta

  Siapa yang tidak kenal Jakarta? Jikalau nama “Jakarta” disebut, yang pertama terlintas dipikiranku adalah “kota besar”. Sebagai seseorang yang lahir dan besar di sebuah desa di pinggiran Kota Mataram, bisa hidup di kota menjadi salah satu impianku. Kenapa? Untukku tinggal di kota akan memberiku banyak keuntungan akses ke minimarket yang mudah, ongkos kirim belanja online lebih murah, dan tidak susah sinyal. Dan disinilah tempat tinggalku sekarang, Kota Jakarta. Proses beradaptasi dari seseorang yang tinggal di pinggiran kota menjadi seseorang yang tinggal di jantung ibu kota negara tidak terlalu sulit untukku. Realita tinggal di kota yang padat ini tidak sesulit ekspetasiku sebelum menginjakkan kaki disini. Walaupun begitu, awal datang ke Jakarta aku cukup kaget dengan kondisi tempat tinggal yang sumpek dan terlalu banyak orang ini. Namun, aku takjub dengan berbagai pemandangan kota yang tidak pernah kulihat sebelumnya di kampung halamanku yang berbeda hampir 180 derajat...

Review Novel Dekdi A : The Luicifer Prince Who Fell For Me

 Novel yang akan aku review kali ini adalah novel karya Dekdi A yang  berjudulThe Lucifer Who Fell For Me Informasi Buku Judul Buku : The Lucifer Prince Who Fell For Me Penulis : Dekdi A Jumlah halaman : 408 halaman Tahun terbit : 2021 Penerbit : Reneluv Genre : Fantasi, Romance, Kerajaan, Fanfiction Harga : Rp.100.000,00 Sinopsis Sejak lahir, Gracia Walson memiliki kelainan jantung yang membuatnya tidak bisa bersosialisasi. Harapannya adalah adalah sembuh dan bisa hidup seperti manusia pada umumnya. Namun, diusianya yang ke-25 tahun, Gracia malah menghembuskan nafas terakhir dengan kondisi memeluk sebuah novel berjudul The Lucifer Who Fell For Me.   Menjelang ajalnya, Gracia memohon sebuah kehidupan yang sehat dan bahagia. Tanpa diduga, Gracia malah terbangun di sebuah kastil megah dengan wujud seorang remaja yang begitu cantik. Remaja tersebut bernama Grace Nata Weldon, seorang tokoh antagonis di novel The Lucifer Who Fell For Me . Ia seorang wanita sosiopat yang berakh...