Bonus demografi adalah masa di mana penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan lebih besar dibanding usia nonproduktif (65 tahun ke atas) dengan proporsi lebih dari 60% dari total jumlah penduduk Indonesia. Imam Suyanto selaku Hubungan Masyarakat (Humas) Kementerian Perdagangan memaparkan pendapatnya bahwa bonus demografi terbagi atas dua sisi yaitu sisi kesempatan dan sisi tantangan. Kesempatan yang ia maksud adalah momentum untuk mengurangi angka pengangguran, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, serta menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Namun tantangannya adalah sampai saat ini Indonesia masih memiliki beragam permasalahan dari beberapa aspek.
Salah satu aspek yang berperan penting dalam optimalisasi bonus demografi adalah derajat kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan adalah gambaran tentang kondisi kesehatan yang terjadi secara umum di masyarakat. Menurut teori H.L. Blum, faktor-faktor yang memengaruhi derajat kesehatan serta proporsi besar pengaruhnya adalah 40% dari lingkungan, 30% faktor perilaku, 20% faktor pelayanan kesehatan, dan 10% faktor genetika atau keturunan. Sehingga dari teori tersebut, lingkungan adalah faktor utama dalam menunjang derajat kesehatan yang baik.
Bonus demografi yang tidak diimbangi dengan derajat kesehatan masyarakat yang baik tidak akan memberikan dampak bonus demografi yang maksimal. Generasi penduduk berusia produktif dengan derajat kesehatan yang buruk akan memengaruhi berbagai sektor pendukung pertumbuhan ekonomi dan akan menghambat aktivitas-aktivitas ekonomi yang akan berdampak pada sia-sianya momentum bonus demografi yang seharusnya menjadi momen kejayaan ekonomi.
Berdasarkan catatan Dukcapil, pada tahun 2021 jumlah penduduk produktif di NTB sebesar 68,23%, serta menurut data dari BKKBN mulai tahun 2020 bonus demografi di Provinsi NTB sedang dalam tahap “berjalan”. Sehingga momen ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk memaksimalkan potensi yang ada di provinsi NTB. Adapun proporsi penduduk NTB menurut data proyeksi dari BKKBN dapat dilihat dari gambar berikut
Sumber: siperindu, BKKBN
Dari grafik tersebut dapat dilihat pertumbuhan penduduk di provinsi NTB masih cukup tinggi dilihat dari bentuk piramida yang melebar di bawah sehingga dalam waktu 20-40 tahun lagi NTB akan berpotensi mengalami bonus demografi lagi. Saat ini penduduk usia produktif masih mendominasi, sesuai dengan data klasifikasi BKKBN bahwa saat ini NTB sedang dalam tahap bonus demografi sedang berjalan.
Kondisi bonus demografi ini tidak diimbangi dengan derajat kesehatan yang baik. Dari data yang dikeluarkan BPS, dari tahun 2019 sampai tahun 2021 (data yang tersedia hanya sampai tahun 2021), Provinsi NTB menduduki provinsi dengan angka morbiditas tertinggi pada 3 tahun tersebut.
Sumber : penulis
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada angka morbiditas (kesakitan) di provinsi NTB dengan angka morbiditas nasional. Angka morbiditas menunjukkan derajat kesehatan masyarakat. Semakin tinggi angka morbiditas makan derajat kesehatan masyarakat semakin buruk.
Penulis mengindikasikan bahwa kondisi tersebut menjadi salah satau penyebab tingkat ekonomi Provinsi NTB yang masih berstatus menengah bawah berdasarkan klasifikasi World Bank, dengan pendapatan perkapita sebesar 1600 US$ pada tahun 2023. Dimana nilai tersebut masih sangat jauh dari ambang batas klasifikasi ekonomi menengah atas yang merupakan status ekonomi nasional saat ini.
Melalui tulisan ini, diharapkan pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dapat mempertimbangkan derajat kesehatan provinsi NTB yang sangat tinggi dan tertinggi se-Indonesia ini menjadi bahan evaluasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat NTB yang saat ini sedang berada di masa bonus demografi. Tanpa kondisi kesehatan masyarakat yang baik, sumber daya manusia yang saat ini sangat potensial tidak akan dapat dimanfaatkan dengan maksimal terutama di momen bonus demografi saat ini.
Referensi:
https://www.kemenkopmk.go.id/optimalkan-bonus-demografi-agar-tak-terjebak-di-pendapatan-menengah
https://siperindu.bkkbn.go.id/
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/11/29/angka-kesakitan-di-provinsi-ini-terendah-se-indonesia-pada-2021
Komentar
Posting Komentar