Hai! Namaku Ni Made Widya Paramita.
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang menjadi favoritku sejak kecil. Alasannya sederhana, karena "jawabannya pasti" dan alur pengerjaannya terstruktur, tapi bukan berarti aku tidak menyukai mata pelajaran lain yang berkebalikan dengan alasanku tadi. Hanya saja matematika punya tempat spesial di hatiku. Mungkin ini adalah salah satu hal yang menuntunku menuju Polstat STIS.
Polstat STIS sudah ku kenal cukup lama karena salah satu anggota keluargaku adalah alumnusnya. Itu menyebabkan orang tuaku selalu memberiku motivasi untuk masuk perguruan tinggi ini sejak kecil. Tetapi sebenarnya aku tidak tertarik. Alasannya karena melihat beban kerja alumnusnya yang cukup berat karena aku melihatnya dengan secara langsung. Namun, rencana Tuhan benar-benar tidak bisa ditebak. Sebenarnya tak pernah terbayangkan bagiku untuk bisa menjadi mahasiswi di Polstat STIS sampai saat ini.
Pada awalnya aku tertarik untuk masuk sekolah kedinasan lainnya, bukan Polstat STIS. Sayangnya, di tahun aku lulus SMA sekolah kedinasan itu tidak membuka pendaftaran sehingga aku banting setir mendaftar Polstat STIS karena suruhan orang tua. Aku gagal dalam tes. Jujur saja, kegagalan ini tidak begitu mengusikku karena tujuanku memang bukan Polstat STIS. Selanjutnya, aku melanjutkan kuliah di PTN di daerahku dengan jurusan Pendidikan Matematika secara daring dikarenakan pandemi Covid-19 yang sedang melanda saat itu.
Tahun berikutnya pun datang, aku mencoba lagi atas suruhan orang tua dan gagal lagi. Sampai ada suatu titik dan kondisi di masa-masa ini di mana aku menemukan alasan dan motivasi yang kuat untuk harus masuk Polstat STIS. Alasan itu adalah aku tidak ingin membebani orang tuaku terlalu lama dan aku tidak menyukai jurusan kuliahku saat itu. Sederhana memang, tapi bagiku itu cukup untuk membakar api semangatku untuk belajar dan berjuang semaksimal mungkin.
Kemudian datanglah tahun berikutnya, untuk ketiga kalinya, aku mencoba lagi. Percobaan ketiga ini berbeda dari percobaan sebelumnya. Amunisiku kuat, aku sudah bertekad "Apapun yang terjadi aku harus lolos masuk Polstat STIS tahun ini!". Kemudian berbagai rasa insecure menghampiri "apakah di Polstat STIS nanti akan ada yang seumuran denganku?", "Bagaimana kalau aku tidak lolos lagi? tahun ini adalah kesempatan terakhir "dan berbagai pikiran lainnya. Dengan dukungan penuh dari orang tua, sahabat, dan tentorku aku menemukan jawaban dari berbagai pikiranku dan jawabannya adalah "It's now or never!".
Berbekal tekad, usaha, dan doa orang tua dan keluargaku, disinilah aku sekarang, Polstat STIS.
Komentar
Posting Komentar